PMII KOMUNIS
Mundur Satu Langkah Adalah suatu bentuk penghianatan
Kamis, 26 November 2015
Guruku Pahlawanku…
TANTANGAN PARA GURU KEDEPANYA
Rabu, 25 November 2015
Mengatasi Krisis “Kepemimpinan” Pemuda
Selasa, 24 November 2015
Merekonstruksi Pendidikan Berbasis Multikultural
Senin, 23 November 2015
Meski Sedikit, Tetap Istiqomah
Jumat, 06 November 2015
POTRET MAHASISWA SAAT INI
Oleh: Amran Umar *)
Pada era pasca reformasi ini, bisa dikatakan daya kritis mahasiswa semakin hari kian tenggelam, bahkan eksistensinya sebagai agent of change serta agent social of controlnya kian meredup. Itu semua tak terlepas dari kemajuan zaman.
Saat ini, diakui atau tidak, mahasiswa sudah mulai apatis terhadap kondisi lingkungan sekitar, padahal nantinya akan berakibat fatal, baik untuk individu mahasiswa itu, maupun masyarakat luas. Sebelumnya saya jelaskan beberapa karakter kehidupan mahasiswa yang sering saya jumpai saat ini:
1. Mahasiswa Akademisi: biasanya melihat kesuksesan dari parameter nilai atau indeks prestasi kumulatif (IPK), sehingga keseharianya hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan nilai bagus tanpa memikirkan kondisi lingkungan sekitarnya.
2. Mahasiswa Hedonis: seiring perkembangan zaman, kini banyak kita temukan mahasiswa yang kerjaanya hanya senang-senang, sukanya di pusat perbelanjaan seperti mall. Mereka tidak terlalu memikirkan kuliahnya, apalagi memikirkan realita yang ada disekitarnya. Yang ada pada pikiran mereka, yang penting happy!
3. Mahasiswa Aktifis: mahasiswa tipe ini tidak hanya memikirkan kuliah, tapi juga memiliki daya kritis terhadap kebijakan apapun, yang pada kalau merugikan masyarakat, mereka dengan suara lantang menentangnyam dan senantiasa berusaha menegakkan keadilan dan sebagainya.
ah,Nah, untuk tipe terakhir ini jumlahnya sudah mulai berkurang, karena kebanyakan mahasiswa saat ini lebih memilih game online dibanding berdiskusi dan membaca realita yang ada di masyarakat.
Melihat beberapa karakter mahasiswa di atas, maka yang banyak kita jumpai saat ini adalah mahasiswa yang hedonis, yang tak jarang bolos kuliah hanya untuk bersenang-senang di mall, hura-hura, bahkan terlibat kebiasaan negatif yang sebenarnya justru merugikan dan merusak masa depan mereka kelak.
Mereka tak peduli bagaimana nasibnya sebagai mahasiswa, tak peduli akan IPK, apalagi memikirkan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.
Itulah potret mahasiswa saat ini. Mereka jarang membaca, jarang berdiskusi mengenai ilmu pengetahuan, apalagi menulis. Bila mahasiswa saat ini kebanyakan seperti itu, lalu apa yang terjadi sepuluh tahun yang akan datang? Bukankah para mahasiswa itu calon pemimpin masa depan?
Peran Perguruan Tinggi
Kampus yang sejatinya menjadi surga bagi kaum intelektual, kini berubah menjadi tempat yang menyeramkan bagi mereka yang kehidupanya penuh kesenagan. Artinya, kampus sebagai tempat mencari ilmu, seharusnya berperan sangat besar merubah karakter mahasiswa, bagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidkan, penelitian dan pengabdian masyarakat) harus benar-benar diterapkan, juga melatih mahasiswa dengan kemampuan soft skillnya.
Berdasar fenomena saat ini, mahasiswa hanya dituntut untuk mengerjakan tugas, tugas dan tugas, dengan mendewakan IPK, sehingga yang terjadi, saat mahasiswanya lulus, justru tidak pernah tau bagaimana caranya menghadapi dunia nyata di masyarakat, tidak siap terjun ke masyarakat karena tidak memiliki bekal menerima kenyataan, serta tidak pernah diajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik saat mengahadapi masyarakat yang berlatar belakang pendidkan berbeda.
Dalam kehidupan kampus misalnya, mahasiswa seharusnya mulai belajar mengambil peran kepemimpinan di berbagai organisasi yang ada. Karena, dengan adanya semangat dan tekad membara serta didikan yang baik, tidak mendewakan IPK, nantinya akan melahirkan insan-insan ideologis yang menjadi aset penting bagi bangsa serta menempati pos-pos kepemimpinan strategis di negeri ini.
Semangat dan idealisme yang kuat saat ini akan menjelma sebagai kekuatan untuk mengontrol kebijakan-kebijakan pelayanan publik yang ada, sehingga manakala ada kebijakan publik yang menyeleweng, tidak pro rakyat, mahasiswa dapat mengambil peran penting untuk menjelaskan dan meminta pertanggungjawaban dari pihak terkait, karena ada sebuah kebenaran dan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Karena mahasiswa harus ksatria, siap membela manakala ada hak-hak rakyat yang tertindas. Dari identitas dirinya, mahasiswa harus mempunyai tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab moral pada masyarakat, sebagai pertanggungan jawabnya sebagai kaum terdidik.
*) Ketua Komisariat PMII Unisma
Kamis, 05 November 2015
MINIMNYA KETERLIBATAN PEMUDA
Diera modern sekarang ini peran Pemuda sangat dibutuhkan dalam mengawal proses politik yang santun, jujur, dan memberikan pendidikan yang positif bagi masyarakat luas bahwa politik itu bukanlah hal yang kotor. Peran pemuda sejak negeri ini masih dijajah hingga saat ini selalu memiliki gairah dalam mendorong gerakan politik alternatif yang bersifat membangun. Pemuda adalah tulang punggung bangsa yang diharapkan oleh semua kalangan agar mampu memperbaiki masa depan negara. Sejarah mencatat, peran politik pemuda mampu berkontribusi yang lebih dalam merubah roda sejarah, seperti contoh perkumpulan Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober, gerakan perjuangan membela kemerdekaan, sampai pada gerakan reformasi tahun 1998 yakni meruntuhkan rezim orde baru adalah jerih payah pemuda yang berhasil membuat zaman terus bergerak menjadi lebih baik.
Dalam setiap generasinya, pemuda memang memiliki peran yang sangat sentral dalam mendobrak kebuntuan politik hingga sekarang. Sebagaimana hari ini, bangsa kita masih perlu untuk mendapatkan sentuhan idealisme dan daya kritis yang solutif dimana peran pemuda dalam mengawal proses transisi demokrasi ditingkat lokal, seperti Pilkada sangatlah penting.
Ironisnya, pemuda hari ini menganggap politik itu adalah hal yang kotor, menjijikan, sehingga para pemuda masih mengasingkan diri dalam dinamika politik lokal di Indonesia. Hal ini juga terjadi, karena anggapan kaum muda masa kini tentang praktik politik adalah kegiatan yang membosankan, membingungkan dan harus dihindari. Padahal, keterlibatan pemuda dalam politik memiliki kekuatan laten yang patut dibangkitkan diberbagai daerah negeri ini. Saya terinspirasi dengan perkataan Bertolf Brecht (seorang penyair dan penulis naskah drama yang berasal dari Jerman), yakni “Buta yang terburuk adalah BUTA POLITIK, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, dan lain-lain, semua tergantung pada KEPUTUSAN POLITIK. Orang yang BUTA POLITIK begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Dia tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya sehingga lahirlah pelacur, anak terlantar dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”. Dari kutipan diatas sangat jelas mengenai sehat tidakya perekonomian suatu bangsa, maju serta mundurnya sebuah negara itu semua karena politik, maka dari itu sudah saatnya pemuda hari ini untuk berani mengambil resiko untuk belajar dan terjun kedunia politik. Opini yang sering digiring oleh pemuda yang apatis terhadap politik saat ini yakni dengan melihat hiruk pikuknya perpolitikan nasional kita yang sarat akan korupsi, sehingga mereka katakan terjun kedunia politik berarti kita menjadi bagian dari mereka yang korupsi, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak masuk kedalam dunia politik.
Ketika kita apatis melihat realita yang ada seharusnya kita sebagai kaum muda pergerakan harus optimis untuk merubahnya, kalau bukan pemuda saat ini siapa lagi?, apa perlu harus menunggu tua dulu?, saya rasa tidak. Sudah saatnya kaum muda bergerak untuk merubah itu semua, dari tidak baik menjadi baik, dari apatis menjadi optimis. Jangan berharap perubahan itu seperti membalikan telapak tangan tapi perubahan itu butuh proses, jadilah kaum muda yang menjadi pelopor dalam kehidupan bernegara, menjadi contoh serta panutan bagi masyarakat luas. Ingat yang perlu dicatat oleh pemuda saat ini adalah Masyarakat masih membutuhkan para pemuda yang memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional. Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI, serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum, serta kerukunan antar bangsa. Sudah saatnya para pemuda untuk tidak buta akan politik, tapi bagaimana mereka kedepanya akan menjadi bagian dari itu semua untuk menjadi indonesia sebagai negara yang bermartabat dimana sang ibu pertiwi bangga dengan anak cucunya. Teringat wasiat yang disampaiakn oleh Bung Karno kepada kaum muda saat rapat akbar Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) pada 1965: Hari kemudian Indonesia bukan di tangannya Bung Karno thok… Hari kemudian Indonesia adalah terutama sekali di dalam tangannya pemuda-pemudi, yang hidup di zaman sekarang. Di segala lapangan, aku minta engkau betul-betul pemuda Indonesia yang gilang gemilang!. Begitu besar harapan dari sang proklamator bangsa ini, Bung Karno kepada kaum muda agar terlibat aktif membangun negeri ini, untuk itu kita sebagai pemuda mari bersama-sama berkontribusi yang positif untuk menjadi pelaku sejarah dengan keterlibatan kita dalam perpolitikan nasional.
Oleh:Amran Umar
Ketua PMII Komisariat Unisma 2015-2016


