Entah kenapa malam
ini pikirku tak lepas dari kata-kata presiden pertama Republik ini. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan
kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia” . (Bung Karno). Kucoba memahami kata demi kata dalam kalimat
indah sang proklamator Indonesia ini. Lalu sejenak aku berpikir akan diriku. Mungkinkah?
Kata orang, pemuda adalah harapan bangsa. Masyarakat
juga beranggapan bahwa pemuda pemudi Indonesia adalah generasi yang cerdas dan
berbakat. Para orang tua juga tak kalah menganggap anaknya adalah calon
pemimpin dunia. Tak heran mereka berlomba-lomba menempatkan anak-anak mereka
pada institusi pendidikan yang ternama untuk menggapai anggapan mereka.
Bila di ingat-ingat, aku telah menempuh pendidikan
formal selama 17 tahun lebih. Di usiaku yang ke dua puluh satu tahun ini, bisa
di bilang, aku menghabiskan lebih dari setengah usiaku untuk belajar di sekolah.
Tapi kalau boleh aku jujur, aku bahkan tak ingat pernah belajar apa saat masih
menjadi siswa dulu.
Ya, kenyataannya memang hari ini aku adalah
mahasiswa, yang katanya agent of change.
Tapi, setelah aku teliti kembali, tak ada yang berubah sejauh ini. Mungkin belum
banyak yang berubah. Sepertinya mahasiswa saat ini telah kehilangan nalurinya
untuk sebesar-besarnya mengabdi pada bangsa dan Negara. Pemimpin di negeri ini
tak pernah benar di mata rakyatnya, apalagi mahasiswa. Tapi toh mereka
berlomba-lomba menjadi presiden. Betapa lucunya negeri ini. “Di negeri amplop,
amplop amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja” kutipan puisi Gus Mus yang malam
ini ku putar berulang kali karna aku tak bisa mencerna arti kata-kata nya yang
penuh makna.
Aku mahasiswa, aku pernah berdiri pada barisan mereka
yang tak terima akan kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Apa mungkin,
pemuda/pemudi seperti ini yang di maksud oleh Bung Karno tadi? Atau mereka,
yang berhasil menang olimpiade internasional, tapi termarginalkan oleh Negara?
Aku mahasiswa, dengan tulisanku aku menyampaikan
keluh kesahku. Dengan suaraku, aku teriakkan kebenaran. Tapi, bahkan saat aku sadar
tindakanku salah, toh aku masih berjalan dalam jalan kesesatan.
Aku mahasiswa, generasi muda Indonesia. Sadar bahaya
narkotika, psikotropika, obat-obatan terlarang, dan zat aditif lainnya. Namun semua
itu, masih menjadi temanku. Ya, inilah aku mahasiswa muda Indonesia.
Aku mahasiswa, penerus bangsa yang beragama. Sadar bahwa
sex bebas adalah hal yang wajib dijauhi dan sembahyang adalah kewajibanku. Lagi-lagi,
aku melakukan kebalikannya. Ya, aku generasi muda Indonesia. Lalu kau bisa apa?
Hei Soekarno, pemudamu kini jauh dari yang kau sebut
dahulu. Masihkah mereka mampu mengguncang dunia? Bahkan hingga kini, yang
mereka mampu hanya merusak masa depan mereka.
Hei kau mahasiswa, sadarlah dan kembalilah pada
esensimu sebenar-benarnya. Bukan hanya untukmu dan keluargamu. Tapi untuk
setiap tetes darah pendahulumu yang memperjuangkan kemerdekaan untukmu dan
bangsamu.
Malang,
BK-03122014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar