Oleh : Abd Rohim (Waka II PMII UNISMA)
gambaran umum diskusi rutinan
Pada
dewasa ini banyak pemicu terkait kekerasan dalam agama serta maraknya kekerasan
dalam bebagai faktor persoalan yang ada di bangsa ini, oleh karenanya masalah
ini di timbulkan dengan rasa ketidak saling mengertian dalam menjaga
keharmonisan agama, agama sebenarnya sebagai pendorong dalam kehidupan kita
bersama, demi mewujudkan suatu keharmonisan dalam beragam budaya yang ada, hal
inilah sangat krusial dalam menjaga eksistensi berbagai agama, agama yang satu
dengan agama yang lain itu “sama”, tapi yang menbedakan yaitu “subtansi” dari
agama tersebut.
Sebenarnya,
bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat toleran dan mampu menghormati
perbedaan, apapun latar perbedaan itu. Luas wilayah Nusantara “yang panjangnya
saja hampir sama dengan daratan Eropa” dengan aneka suku, bahasa, dan agama,
setidaknya menjadi bukti, bahwa kita memang rela hidup bersama dalam perbedaan.
Kalau tidak, maka kita tidak bisa mampu bertahan selama ini. Kita memang pantas
khawatir dengan keutuhan terhadap bangsa tercinta ini.
Faktor
lain yang menjadi pemicu adalah alasan (kecendrungan) keagaman yang berbeda. Sebut saja misalnya
kasus sampang, jawa timur, karena merasa ada sebagian anggota masyarakatnya
yang berbeda ssedikit dalam pola keyakinan dan tata cara ibadah, maka kelompok
massa yang sudah terprovokasi itu lantas melakukan pembakaran atas sebuah
pesantren dan beberapa rumah milik masyarakat yang masih sedesa. Mengingat
tingginya kecendrungan masyarakat untuk mentuangkan (mengekspresikan) kemarahan
dengan cara-cara kekerasan belakangan ini. Kita ingat misalnya, hal serupa
telah beberapa kali terjadi di bangil atau kasus ambon dan poso yang dilatar
belakangi oleh perbedaan agama.
Menilik
peristiwa-peristiwa di atas secara lebih cermat sebagaimana telah mafhum bagi
semua. Mustahil kita memperoleh pembenarannya dari teks-teks keagamaan, dalam
agama dan mazhab atau aliran manapun, penggunaan kekerasann bukanlah pilihan,
bukan pilihan pertama yang harus diambil. Dalam islam. misalnya, Sang Nabi SAW
sangat mengedepankan dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam. Begitu juga
dengan agama-agama lain.
Bagaimanapun
caranya, mustahil bangsa ini terbentuk, bahkan bangsa ini telah menjadi harga
mati dan pluralism adalah jaminannya. Tidak akan terwujud sebuah Negara
kesatuan dengan islam, islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha didalamnya
tanpa ada tenggang rasa antar umat beragama. Hal inilah pentingnya saling
menjaga satu sama lain dalam kehidupan beragama, demi menjaga tali solidaritas
serta mensolidkan keberadaan bangsa tercinta ini.
“Selamat membaca
sahabat”